Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini Starlink, sebuah layanan Internet berbasis satelit milik SpaceX, sudah mulai beroperasi di Indonesia dan menarik banyak minat dari kalangan penggiat atau pengguna Internet Indonesia. Namun, seiring dengan antusiasme tersebut, banyak juga opini yang beredar terkait dengan layanan Starlink, baik yang mendukung maupun yang kurang setuju dengan layanan Starlink ini. Yang mendukung berpendapat bahwa Starlink bisa menjadi solusi Internet berkecepatan tinggi da
Layanan Starlink pertama kali diluncurkan di Amerika dan langsung mendapatkan respon yang sangat positif dari sebagian besar warga disana. Hal ini lebih disebabkan karena memang adanya permasalahan yang mendasar akan ketimpangan layanan broadband di sebagian besar wilayah Amerika. Walaupun hampir seluruh wilayah AS sudah memiliki akses internet, namun diperkirakan sekitar 42 juta orang tidak memiliki akses terhadap broadband Internet. Bahkan bagi mereka yang sudah memiliki broadband, diperkirakan hanya sekitar 157 juta orang Amerika, itupun yang sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan, tidak mendapatkan kecepatan broadband minimal 25 Mbps. Lebih ironis lagi, menurut sebuah artikel sumber dari tulisan ini, dalam suatu wilayah pedesaan di negara bagian New York, hanya sekitar 43 persen orang yang mempunyai kecepatan 25 Mbps. Kondisi ini semakin memprihatinkan, setelah para operator nirkabel meminta kelonggaran pengawasan peraturan dalam menyediakan broadband pedesaan melalui teknologi LTE dan 5G karena kebanyakan dari mereka gagal memenuhi kewajiban tersebut.
Layanan Starlink hadir untuk menawarkan ide layanan broadband dengan cara melakukan pembelian antena parabola seharga $499 dan biaya bulanan sebesar $99 untuk mendapatkan kecepatan Internet 100 Mbps untuk download dan 20 Mbps untuk upload. Layanan ini dianggap dapat mewujudkan mimpi sebagian masyarakat Amerika akan kecepatan Internet tinggi apalagi Starlink telah menetapkan target jangka panjang untuk memberikan kecepatan sampai 1Gbps untuk download. Hal ini akan meningkatkan persaingan layanan broadband yang saat ini tidak dimiliki oleh pasar broadband Amerika.
Oleh karena itu, bagi kita yang ingin mencoba layanan Starlink, ada baiknya kita melakukan evaluasi kecepatan Internet kita saat ini, terutama untuk yang sudah menggunakan koneksi broadband, apakah kecepatan kita sudah lebih besar dari kecepatan Internet rata-rata seperti yang terjadi di Amerika yaitu sekitar 25 Mbps.
Dengan ide layanan broadband tanpa batasan lokasi atau teritori, maka tidak mengherankan jika banyak orang yang tergila-gila dengan layanan Starlink, yang menjanjikan akses dengan menggunakan konstelasi ribuan satelit kecil yang menyelimuti bumi, seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini. Akses tersebut dilakukan dengan menggunakan antena array yang canggih pada parabola penerima untuk melacak posisi satelit-satelit tersebut yang bergerak melintasi langit dengan cepat. Dan apabila satelit-satelit itu dikerahkan sepenuhnya, maka Starlink akan menjadi operator dengan konstelasi satelit terbesar di dunia, yang dikelola oleh sistem panduan orbital otomatis dan sistem otomatis untuk menghindari tabrakan.